Monday, January 26, 2004

MELAYU RIAU


Pada abad-abad yang dulu mereka sempat mempunyai beberapa kerajaan, seperti kesultanan Bintan atau Tumasik, kandis atau kuantan, Gasib atau Siak, Kriteng atau Inderagiri, Malaka, Rokan, Siak Sri Inderapura, kampar, Pelalawan, Singingi, dan sebagainya.

Orang Melayu di Riau mi amat sedikit yang bertanam padi di sawah, karena keadaan alamnya tidak memungkinkan untuk itu, namun ada juga yang berladang. Pada masa lalu mungkin mereka lebih mengandalkan mata pencaharian mengolah sagu, mengumpulkan hasil hutan, menangkap ikan, berladang, dan berdagang. Dalam sistem perladangan tanaman yang biasa dibudidayakan antara lain padi, ubi, sayuran, dan buah-buahan. Mereka juga menanam jenis tanaman keras yang sangat tinggi harganya, yaitu karet.

Berdasarkan prinsip keturunan atau kekerabatan orang Melayu Riau menarik garis keturunan yang cenderung bilateral. Setiap keluarga inti mendiami sendiri, kecuali pasangan baru yang biasanya menumpang di rumah orang tua pihak istri sampai mereka memiliki anak. Oleh sebab itu pola menetap orang Melayu Riau dapat dikatakan neolokal. Keluarga inti yang disebut kelamin umumnya mendirikan rumah di lingkungan tempat tinggal pihak isteri.



Dahulu orang Melayu Riau hidup mengelompok menurut asal keturunan yang disebut suku yang sifatnya patrilineal. Akan tetapi mereka yang bermukim dekat wilayah kebudayaan Minangkabau membentuk suku yang matrilineal, dan ada yang menyebutnya hinduk (induk atau cikal bakal). Setiap suku dipimpin oleh seorang penghulu. Kalau suku itu bermukim di sebuah kampung, maka penghulu akan langsung menjadi datuk penghulu kampung (kepala kampung). Setiap penghulu dibantu oleh beberapa tokoh adat, seperti, batin, jernang, tua-tua, dan monti. Sedangkan di bidang kcagamaan dipimpin oleh imam dan khotib.

Bentuk kesenian orang Melayu Riau kebanyakan bernafaskan budaya Islam. Di sini berkembang seni sastra keagamaan yang dinyanyikan dengan iringan musik rebana, berdah, kerompang, atau kompang, dan sebagainya. Di dalam masyarakat pernah terkenal bentuk-bentuk teater rakyat, seperti makyong, dul muluk, mendu, dan lain-lain. Musik Melayu dianggap sebagai dasar dan perkembangan musik dangdut yang popular sekarang.




Sejarah Riau

Mengenai asal nama riau ada beberapa penafsiran. Pertama toponomi riau berasal dari penamaan orang Portugis dengan kata rio yang berarti sungai. Kedua mungkin berasal dari tokoh Sinbad al-Bahar dalam kitab Alfu Laila Wa Laila (Seribu Satu Malam) yang menyebut riahi, yang berarti air atau laut. dan yang ketiga berasal dari penuturan masyarakat setempat, diangkat dari kata rioh atau riuh, yang berarti ramai, hiruk pikuk orang bekerja.
Berdasarkan beberapa keterangan di atas maka nama riau besar kemungkinan memang berasal dari penamaan rakyat setempat, yaitu orang Melayu yang hidup di daerah Bintan. Nama itu besar kemungkinan telah mulai terkenal semenjak Raja Kecik memindahkan pusat kerajaan Melayu dari Johor ke Ulu Riau pada tahun 1719. Setelah itu nama ini dipakai sebagai salah satu negeri dari 4 negeri utama yang membentuk kerajaan Riau, Lingga,Johor dan Pahang.
Kemudian dengan Perjanjian London (1824) antara Belanda dengan Inggris, kerajaan ini terbelah dua. Belahan Johor - Pahang berada di bawah pengaruh Inggris, sedangkan belahan Riau - Lingga berada di bawah pengaruh Belanda. Dalam zaman penjajahan Belanda 1905 - 1942 nama riau dipakai untuk nama sebuah keresidenan, yang daerahnya meliputi Kepulauan Riau serta pesisir Timur Sumatera bagian tengah.
Setelah Propinsi Riau terbentuk tahun 1958, maka nama itu disamping dipergunakan untuk nama sebuah kabupaten, dipergunakan pula untuk nama sebuah propinsi yang penduduknya dewasa itu sebagian besar terdiri dari orang Melayu.
Kerajaan Melayu yang pernah berdiri di rantau ini, antara lain adalah :

Kerajaan Inderagiri (1658-1838)
Kerajaan Siak (1723-1858)
Kerajaan Pelalawan (1530-1879)
Kerajaan Riau-Lingga (1824-1913)
Kerajaan kecil lainnya, seperti Tambusai, Rantau Binuang Sakti, Rambah, Kampar dan Kandis (Rantau Kuantan).

No comments: